AS SALAAM ( ALLAH YANG MAHA SEJAHTERA ).

#sundayasmaulhusna #weekend #moment #muslim


Asmaul Husna AS SALAAM Allah Yang Maha Sejahtera
Allah adalah sumber kedamaian. Dialah “Mata Air” kedamaian yang tidak pernah kering. Siapa pun yang menghasratkan diri untuk “meminum” sebagian saja dari mata air itu niscaya ia akan merasakan kesegaran dan kebahagiaan hakiki.

 NAMA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA AS-SALAM DALAM AL-QUR’AN Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya,

 “Dialah Allah, tidak ada sesembahan yang haq selain Dia. Maha Raja Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera (as-Salâm), Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan” 

[al-Hasyr/59:23]

‘Abdullah (bin Mas’ud) Radhiyallahu ‘anhu Berkata : Dahulu, jika kami shalat bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami mengucapkan: “As-Salâm (keselamatan) bagi Allah dari hamba-hamba-Nya, dan as-salâm atas Fulan dan si Fulan,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian mengucapkan as-Salâm atas Allah, karena sesungguhnya Allah itu as-Salâm, akan tetapi ucapkanlah: ‘At-Tahiyât (ucapan selamat), ash-Shalawat (ibadah) dan ath-Thayyibât (pujian) bagi Allah. Salam (keselamatan) serta rahmat Allah, dan keberkahan-Nya atas anda, wahai Nabi. Dan salam atas kita dan hamba-hamba Allah yang shâlih’.” [HR Bukhâri].

 
“Dari Tsauban Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Dahulu, apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah selesai dari shalatnya, beliau beristighfar tiga kali, dan berkata: ‘Ya Allah, Engkau adalah as-Salâm, dan dari-Mu lah keselamatan, Engkau Maha Tinggi Yang Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan’.” [HR Muslim].

Makna Asmaul Husna AS SALAAM Allah Yang Maha Sejahtera 

Laleh Bakhtiar dalam bukunya Meneladani Akhlak Allah Melalui Asmaul Husna mengungkapkan bahwa sebagai sifat aktif, As Salam adalah pemberi kedamaian dan keselamatan pada awal penciptaan dan pada saat hari Kebangkitan. Mengucapkan assalamualaikum kepada makhluk-Nya termasuk pula perwujudan As Salam.

Dengan demikian, dalam nama As Salaam terkandung makna bahwa Allah-lah sumber kedamaian. Sumber yang senantiasa memancarkan “air kedamaian” yang bisa diambil sepuasnya. Siapa pun yang “meminumnya”, pasti akan merasakan kesegaran dan kebahagiaan hakiki, apalagi jika kita sudi membagikan air itu kepada orang lain, atau setidaknya membimbing orang lain menuju mata air tersebut.

Menyayangi sesama adalah cara paling tepat untuk mendapatkan salam dari Allah. “Ingin mendapatkan cinta dan kasih sayang Allah? Cintai dan kasihi makhluk-Nya,” demikian ungkap seorang bijak. Maka, pantas apabila Rasulullah saw. yang mulia senantiasa menekankan, “Sayangilah yang di bumi niscaya yang di langit (Allah Swt.) akan menyayangimu”. Beliau pun berpesan, “Wahai, manusia, sebarkanlah salam, berilah makan, sambungkan silaturahmi, dan shalatlah pada waktu malam saat orang-orang terlelap tidur niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat sejahtera” (HR At Tirmidzi).

Teladan As Salaam

Siapa pun yang ingin meneladani asma Allah As Salam harus menjadikan salam (kedamaian) sebagai prinsip utama dalam hidup kita. Kita harus menyiapkan diri untuk menjadi sumber kedamaian bagi orang lain. Siapa pun yang bersama kita, yang dekat dengan kita, dan yang berinteraksi dengan kita, harus merasakan adanya kedamaian.

… dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS Al Furqan, 25: 63)

Sebagai pemantik semangat, saya kutipkan perjalanan seorang sahabat Nabi yang berjuang menjadikan dirinya sebagai penebar salam. Nama sahabat ini Abu Juray. Awalnya, dia merasa heran. Dilihatnya orang-orang berbicara tentang banyak hal. Akan tetapi, selalu saja sumber perbincangannya berasal dari satu sosok yang istimewa. Abu Juray pun berusaha mencari tahu, siapakah sosok istimewa itu.

“Siapa sosok orang itu?” tanya Abu Juray kepada orang-orang.

“Dia Rasulullah,” jawab mereka.

‘Alaikassalam, wahai, Rasulullah,” gumamnya.

“Hai, engkau jangan berkata ‘alaikassalam, tapi katakanlah assalamualaikum. ‘alaikassalam itu ucapan untuk orang yang mati,” jawab seseorang.

Setelah bertemu Rasulullah saw., Abu Juray pun bertanya, “Engkaukah Rasulullah?”

Beliau menjawab, “Aku adalah Rasul utusan Allah, Zat yang apabila dirimu terkena kesulitan lalu engkau berdoa kepada-Nya, Dia akan melepaskan kesulitan itu dari dirimu. Jika engkau mengalami musim kering lalu engkau meminta kepada-Nya, Dia akan menumbuhkan tanaman itu untukmu. Jika engkau berada di tanah yang tidak bertuan atau padang gersang, lalu binatang tungganganmu hilang, lalu engkau memohon kepada-Nya, Dia akan mengembalikannya kepadamu …”

Hari itu, Abu Juray belajar tentang Allah Swt., tentang betapa Maha Pengasih dan Penyayangnya Dia. Tampaknya, Abu Juray telah mendapatkan jawaban atas kepenasarannya. Begitu pula keheranannya. Ia mendapati sosok yang dari dirinya mengalir begitu banyak nasihat, budi pekerti yang luhur, pijakan perilaku, kedamaian, dan tuntunan jalan keselamatan. Abu Juray pun memberanikan diri meminta nasihat khusus kepada Nabi.

“Nasihati aku dengan nasihat yang mengikat,” demikian pintanya.

“Janganlah engkau mencaci seorang pun. Janganlah engkau menghina sebentuk kebajikan apa pun. Bicaralah dengan sesama saudaramu dengan keadaan wajah yang cerah karena itu adalah kebaikan. Tinggikan kainmu dan jangan kaujuntaikan karena itu bagian dari kesombongan. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai kesombongan. Jika seseorang menghina dan mencaci dirimu dengan sesuatu yang dia tahu bahwa itu memang ada pada dirimu, janganlah engkau membalas menghina dan mencacinya dengan sesuatu yang engkau tahu itu ada pada dirinya. Biarkan kesudahannya kembali pada dirinya dan bagimu pahalanya; dan jangan mencaci apa pun.”

Bagi Abu Juray, hari-hari sesudah itu adalah hari-hari penuh keimanan, pencerahan, jalan lurus, dan kedamaian, sebagai hasil ditunaikannya janji yang dimintanya dari Rasulullah saw. Dengan sepenuh kesungguhan, ia meniti jalan hidup baru; jalan hidup yang penuh salam dan kemuliaan. “Sungguh, sesudah itu, aku tidak pernah menghina dan mencaci seorang pun, budak ataupun orang merdeka, tidak pula aku mencaci keledai ataupun domba,” ungkapnya suatu ketika.

Dengan keteguhan dan keimanan kita kepada Allah, semoga kita bisa memaknai lebih dalam arti dari As Salam wallahu a'lam bishowab,,,

Zakat, Infaq dan Sedekah bisa kami jemput

087 8621 46610 (Lasmaiba- Amir Fauzi)

📷 IG : www.instagram.com/lasmaiba_Nusadua

👤Facebook : www.facebook.com/lasmaibanusadua

Telegram : t.me/lasmaiba

🌎 Web :  www.lasmaibabali.org

Komentar